Kumpulan Novel: GELAP
Setiap malam aku selalu melihatnya berdiri di depan pintu kamarku.
Terlihat bayangannya dari celah bawah pintu. Hanya diam, dia tidak
melakukan apapun. Ku rasa dia sedang memperhatikanku dari lubang kunci.
Melihat sampai aku lengah dan ia akan menyerangku sama dengan apa yang
ia lakukan pada kedua orang tuaku. Aku hanya meringkuk di atas kasur dan
menarik selimut sampai menutup kepala, terjaga hingga pagi.
“ Hei, sepertinya kau kurang tidur lagi”
“ Ya, aku memang tidak tidur sama sekali. Semalaman makhluk itu mengintaiku”
“ Makhluk itu lagi, sudah berapa kali aku bilang semua hanya khayalanmu saja”
“ Apakah kematian kedua orangtua ku juga hanya khayalan begitu?” Dengusku kesal
“ Bukan begitu maksudku tapi…hei kau mau kemana?”
Aku
langsung meninggalkan Karin berjalan menuju kantin. Setiap kali aku
membicarakan tentang makhluk itu Karin tidak pernah mempercayainya.
Lantas pada siapa aku akan bercerita. Pada Rama ? ah tentu saja tidak.
Padahal hanya dia lah satu-satuya orang yang dekat denganku.
Gelap – Cerpen Horor |
tidak aku tidak tidur selama tiga hari berturut-turut. Makhluk itu telah
membuatku tak berani untuk memejamkan mata. Ayah dan Ibu pasti
merasakan juga hal yang sama sebelum kematian menjemputnya. Ku rebahkan
tubuhku dan hendak memejamkan mata. Namun sekilas aku melihat bayangan
di bawah pintu. Makhluk itu datang lagi. Desahan nafasnnya yang berat
juga geramannya terdengar jelas dari balik pintu. Oh Tuhan sampai kapan
ini akan berakhir. Apakah malam ini aku tidak tidur lagi. Aku tidak
berani keluar kamar. Bahkan sekedar menelpon seseorang untuk meminta
bantuan pun aku tak bisa. Aku takut ia tahu dan marah lalu menyerangku.
Lagi pula siapa yang akan percaya denganku. Seperti biasa aku hanya
membeku di atas kasur menunggu hingga pagi datang.
Empat hari
sudah aku tidak tidur. Kepalaku terasa sangat pusing. Ku putuskan untuk
tidak ke kampus dulu hari ini. Tok…tok terdegar suara ketukan pintu.
Dengan langkah gontai aku berjalan menuruni tangga untuk membuka pintu.
“ Rene, kau kenapa? Kamu terlihat kacau sekali” Rama langsung memelukku erat.
“
Karin bilang kau sudah tidak tidur beberapa hari terakhir, ada apa
sayang? Rama melepaskan pelukannya lalu menatapku dengan khawatir. Rama
adalah pacarku. kita sudah menjalani hubugan selama sebulan. Tapi
sebenarnya aku tidak memiliki perasaan apapun padanya. Aku hanya
menganggapnya sebagai kakak.
“ Kalau aku ceritakan kepadamu apakah kau akan percaya? Dan bukankah Kau sudah tahu apa masalahku?”
“ Kau tidak tidur karena kau merasa ada sesuatu yang mengintaimu”
“ Bukan merasa tapi memang kenyataanya begitu!!”
“ Oke sayang, jika begitu tidurlah aku akan menjagamu di sini”
“ Kau janji?” Tanyaku memastikan.
“ ya, pergilah ke kamarmu dan tidur. Aku akan disini menemanimu sampai sore”
Ku
rasa saatnya bagi ku untuk istirahat. Lagi pula ada Rama yang
menemaniku di sini. Itu cukup memberiku sedikit rasa aman. Meskipun
harus ku cek terlebih dahulu sebelum tidur apakah ada bayangan di bawah
pintu. Sebenarnya makhluk itu hanya muncul pada malam hari saja, tapi
tetap saja aku tidak bisa tidur jika dalam keadaan sendiri. Jam
menunjukkan pukul setengah lima sore saat aku bangun. Aku segera turun
ke bawah dan melihat Rama sedang menonton tv.
“ Kau sudah bangun sayang? Bagaimana keadaanmu sekarang?”
“ Lebih baik” Jawabku singkat lalu duduk di sebelahnya.
“ Kenapa kamu nggak keluar dari rumah ini, kamu kan bisa ngekos”
“ Enggak Ram, aku sayang sama rumah ini. Begitu banyak kenangan yang terjadi di sini bersama ayah dan ibu”
“ Lalu bagaimana dengan makhluk yang sering mengganggumu itu?”
“ Entahlah, yang pasti aku akan berusaha untuk bertahan di sini”
“
Baiklah, hmm.. Ren sebenarnya aku sangat ingin menemanimu malam ini.
Tapi masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Nanti jika aku sudah
selesai aku akan kesini”
“ Enggak apa-apa Ram. Kamu sudah cukup
menemaniku seharian tadi. Setelah kamu selesaikan pekerjaanmu
istirahatlah. Aku akan baik-baik saja “ Aku tahu Rama sangat
menyayangiku dan mengkhawatirkan keadaanku. Itu semua terlihat dari raut
wajahnya saat hendak keluar dari rumahku.
Sebentar lagi malam, waktu
yang mendebarkan akan segera tiba setelah selesai makan malam, aku
segera masuk ke kamar. Ku rebahkan tubuhku di kasur sambil melihat di
bawah celah pintu. Sepertinya makhluk itu belum muncul. Ku perhatikan
terus dan ia kembali. Hawa dingin bercampur rasa takut menyelimutiku.
Sebuah pikiran terlintas untuk mengakhiri semua ini. Ku ambil sebuah
gunting di dalam laci. Aku akan keluar untuk membunuhnya.
dengan senjata manusia. yang ada di pikiranku saat ini adalah makhluk
itu atau aku yang mati. Aku beranjak dari tempat tidurku berjalan
perlahan. Ku dengar suara geramannya semakin jelas. Rupanya dia tahu aku
akan melawannya. Sekuat tenaga aku lawan rasa takut itu bagaimanapun
juga makhluk itu telah membunuh orangtuaku. Ku genggam gagang pintu
dengan cepat kubuka pintu kamarku dan ku serang bertubi-tubi dengan
gunting yang ke pegang. Darahnya membasahi kedua tanganku. Aku tersenyum
puas.
Pagi ini para petugas berseragam mendatangi rumahku.
Mereka memborgol kedua tanganku dan membawaku kedalam mobil. lalu mereka
memasukankku kedalam sel tahanan. Sebenarnya aku masih bingung apa
salahku. Mereka bilang aku di penjara karena membunuh orang. Ada juga
seorang wanita paruh baya yang datang ke sel ku lalu menghujatku
habis-habisan.
“ Dasar pembunuh! Mengapa kau tega membunuh putraku!!
Sudah dari awal aku melarang putraku berhubungan denganmu dan juga untuk
bertemu padamu malam itu…..”
Siapa yang membunuh anaknya, dasar
wanita gila. Pada hari berikutnya Ku lihat Karin datang menjengukku. Ia
sedang berbicara dengan salah seorang polisi. Lalu ia menatap iba ke
arahku. Pada akhirnya aku terbebas dari makhluk itu. ya setidaknya aku
aman di sini. Tapi di mana Rama sejak dua hari aku di tahan di sini aku
tak pernah melihat dia menjengukku. Ah sudahlah…..
Komentar
Posting Komentar